Etika Menyiapkan Kematian dalam Islam

katacerita
0


  كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَاِنَّمَا تُوَفَّوْنَ اُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِۗ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَاُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَۗ وَمَا الْحَيٰوةُ الدُّنْيَآ اِلَّا

 مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ۝١٨٥

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya. (Qs. Ali Imran:185)
katacerita.com- Kematian adalah episode yang pasti akan dilalui oleh setiap manusia. Episode  Tidak bisa maju tidak bisa mundur. Bulan September kemarin adalah bulan yang membuat Minkatcer sedih yang begitu mendalam,bagaimana tidak berita lelayu/kematian beberapa kali kami terima. Orangtua dari dua teman kami, adek dari teman dengan kematian yang mendadak, Ustadzah kami tercinta Ustadzah Siswati mubalighoh dari Solo dengan menshare Ilmu sesuai Qur'an, hadist dan Ulama, sebagai cahaya pelita. Beliau tidak hanya seorang mubaligh beliau juga pengasuh pondok pesantren putri di Boyolali, dan juga bunda kami di Solo, yang meberikan contoh dan wejangan tulus  yang jleb di hati kami. Ah September memberikan peringatan yang dalam bahwa "kematian" datang kapan saja dan kepada siapa saja, sering memberi tanda dan sering juga tanpa kabar. Kematian bagi orang yang berpikir dan orang yang mau mengingat  sebagai pelajaran yang harus diambil dan peringatan kehidupan di dunia ini hanya sementara saja.  Dalam Islam kematian itu ada hal-hal yang harus kita pelajari dan ketahui seperti cara mengurus jenazah, memandikan, menshalatkan, hak jenazah itu apa saja dan bagaimana mempersiapakan kematian itu sendiri.  Mempersiapkan kematian itu salah satunya dalam Islam kita belajar etika Islam dalam menyiapkan kematian /  etika sebelum meninggal: 
1. Banyak mengingat kematianRasulullah SAW bersabda, "Banyaklah mengingat perusak kenikmatan dunia yaitu kematian, sesungguhnya tidaklah manusia yang dalam kesempitan mengingatnya kecuali dia akan melapangkannya, dan tidaklah manuai mengingatnya dalam kelapangan kecuali pasti akan mempersempitnya" (HR. Baihaqi dalam kitab Asy-Syu'ab 10559 10560, Sunan Ibnu Hibban 4/282, 283)Dengan memngingat kematian dalam keadaan dan waktu apapun akan melembutkan hati, mengingatkan manusia bahwa dunia hanya tempat sementara, mencegah manusia tertipu gemerlap dunia, menjauhkan dari kemaksiatan dan meringankan beban yang sedang dihadapi saat ini.
2. Dilarang Bunuh Diri, Haram HukumnyaBeban hidup yang semakin berat, perekonomian yang tidak baik-baik saja, PHK dimana-mana, lowongan pekerjaan yang dijanjikan 19juta loker tapi hanya hembusan angin pasir saja yang menyakitkan hati, terjebak judol dan pinjol sehingga terasa hidup semakin mencekik. Hidup yang semakin sempit dan mencekik bukan berarti harus lari dari  hidup ini dengan yang jelas-jelas diharamkan, yaitu bunuh diri. Apapun yang sedang dirasakan berceritalah pada orang yang sekiranya bisa mendengarkan dengan baik minimal, atau bisa menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan tak lupa segera kembali  kepada Robb ( Pencipta) kita, Allah SWT, mandi besar, sholat taubat, istighfar dan memohon pertolongan Allah untuk segala urusan yang begitu mencekik, luka yang begitu menderita, dan kembali sholat wajib lima waktu dengan benar. Ingatlah hadist Rasulullah SAW bahwa bunuh diri itu dilarang dan akan diharamkan surga, naudzubillahimindzalik. Rasulullah SAW bersabda: "Hamba-Ku mendahului_Ku dengan dirinya maka Aku haramkan surga untuknya" (HR. Shahih Bukhari (1364))Rasulullah SAW bersabda: " Orang yang mencekik dirinya makan dia akan mencekiknya di dalam neraka, dan orang yanng menusuk dirinya maka dia akan menusuknya di dalam neraka"  (HR. Shahih Bukhari 1364)Semoga kita, anak keturunan kita dijauhkan dari hal tersebut,aamiin. Teruslah berdoa dan memohon pertolongan Allah. Jangan pernah berputus asa dengan rahmat dan pertolongan Allah swt. Berdoa agar kematian dalam keadaan baik, husnul khotimah, aamiin.
3. Mengingatkan  Orang yang Sakit Parah Agar BerwasiatBerwasiat adalah keharusan, saat kita menjenguk orang yang sakit parah diperbolehkan mengingatkannya agar membuat wasiat untuk keluarganya. Rasulullah bersabda "Tidak berhak seorang Muslim menyimpan suatu barang yang hendak diwasiatkan selama dua malam kecuali apabila wasiat itu telah dituliskan"  (HR. Shahih Bukhari 2738)Berwasiatlah dalam masalah kekayaan, wasiat dalam semua masalah yang berkaitan keluarganya, berwasiat kepada keluarganya agar selalu bertaqwa dan taat kepada Allah. 
4. Melarang orang yang Sakit Parah Berwasiat Burukفَمَنْ خَافَ مِنْ مُّوْصٍ جَنَفًا اَوْ اِثْمًا فَاَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌࣖ ۝١٨٢"Akan tetapi, siapa yang khawatir terhadap pewasiat (akan berlaku) tidak adil atau berbuat dosa, lalu dia mendamaikan mereka, dia tidak berdosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."  (Qs. Al Baqarah:182)Tafsir wajizz QS. Al Baqarah:182: Tetapi barang siapa khawatir karena mengetahui atau melihat tanda-tanda bahwa pemberi wasiat berlaku berat sebelah atau berbuat salah, baik disengaja maupun tidak, sehingga menyimpang dari ketentuan Allah, lalu dia mendamaikan antara mereka dengan meminta orang yang berwasiat berlaku adil dalam wasiatnya sesuai dengan ketentuan syariat Islam, maka dia, yakni orang yang mendamaikan itu, tidak berdosa. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang bertobat.Tafsir Tahlili Qs. A: BAqarah : 182 : Ayat ini memberikan penjelasan, yaitu kalau seseorang merasa khawatir bahwa orang yang berwasiat itu tidak berlaku adil dalam memberikan wasiatnya, maka tidak ada dosa baginya untuk menyuruh yang berwasiat agar berlaku adil dalam memberikan wasiatnya. Apabila seseorang mengetahui bahwa wasiat yang telah dibuat itu ternyata tidak adil kemudian ia berusaha mendamaikan antara orang-orang yang menerima wasiat itu, sehingga terjadi perubahan-perubahan, maka hal itu tidaklah dianggap perubahan yang mengakibatkan dosa, tetapi perubahan dari yang tidak adil kepada yang adil, yang disetujui oleh pihak yang menerima bagian dari wasiat itu.Allah menerangkan bahwa jika seseorang menjadi saksi untuk orang yang sedang sakit parah ketika membuat wasiat yang bertentangan dengan agama, maka dia boleh mengubahnya agar sesuai dengan agama dan dia tidak berdosa.
5. Mengingatkan Orang yang Sedang Sakit Parah atau Sekarat Agar Berbaik Sangka Kepada Allah.Ketika kita berada dekat dengan orang yang dalam kondisi sakit parah dan mendekati ajal, agar selalu berbaik sangka kepada Allah, mengingatjkan akan keluasan rahmat dan ampunan Allah. Sehingga orang yang sakit parah atau yangsekarat meniggal dalam keadaan berbaik sangka kepad Allah. Diharapkan akan menjadi sebab turunnya Rahmat Allah kepadanya. Rasulullah bersabda: "Hendalah tidak meninggal salah seorang dari kalian kecuali dia berbaik sangka kepada Allah" (HR. Shahih Muslim 2877)6. Menuntunnya Mengucapkan "Laa Ilaaha Illallaah" / MentalqinSebelum nyawa keluar dari dalam tubuhnya, kita mentalqinnya, inilah kewajiban orang yang menghadiri saat-saat terakhir dari kehidupan seorang Muslim. Agar kalimat terakhir yang diucapkan adalah "Laa Ilaaha Illallaah" .Rasulullah bersabda : "Tuntunlah orang-orang yang menghadapi kematian dari kalian untuk mengucap "Laa Ilaaha Illallaah" " (HR. Shahih Bukhari 1283, Shahih Muslim 926)Kematian kita sebagai muslim benar-benar dipersiapkan dengan baik dan mengindahkan etika. Semoga kematian kita husnul khatimah, aamiin


#etikakematian #etikasebelummeninggal #etikamenyiapkankematian #etikaislamkematian #tentangkematian #adabislamtentangkematian #islammenyiapkankematian


  • Newer

    Etika Menyiapkan Kematian dalam Islam

Post a Comment

0 Comments

Terimakasih sudah berkunjung
Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat

Post a Comment (0)
3/related/default