stop bullying-katacerita
katacerita.com-Berita kasus bullying atau perundungan tidak pernah habisnya, baik di sekolah maupun di pondok pesantren. Sekelas pendidikan dokter spesialis juga terjadi perundungan hingga korban bunuh diri, dan yang terbaru perundungan di pondok pesantren di Solo Raya, Jawa Tengah korban usia 13 tahun pun harus kehilangan nyawa karena bullying, astaghfirullah.
Korban bullying biasanya mendapat perlakuan bentuk verbal seperti umpatan, hinaan, ledekan, bentakan, nama disebut dengan suara kasar, mendapat ancaman dan disebarkan berita serta informasi palsu yang dilakukan secara berulang-ulang ataupun mendapat label-label negatif lainnya. Sedangkan bentuk non verbal seperti pukulan, tendangan, perusakan barang, ataupun paksaan kehendak merasa karena senior atau orang yang berkuasa dan yang lebih mengerikan lagi hingga hilangnya nyawa.
Bentuk bullying di Lingkungan Pesantren menurut McCulloch dan Barbara, ada empat jenis bullying yaitu:
(1) Verbal bullying yaitu
dalam bentuk kata-kata atau tulisan, seperti intimidasi, sindiran, saling mengatai-ngatai,
mengolok-olok, memberikan ancaman sehingga orang lain tersakiti;
(2) Sosial bullying, ini adalah
penindasan (bully) dalam bentuk sosial, seperti menyuruh orang lain untuk tidak berkawan
Emilda
202
dengan seseorang, menyebarkan desas-desus palsu tentang seseorang, atau membuat malu
orang lain di depan orang banyak;
(3) Bullying fisik atau perilaku kekerasan seperti memukul,
mencubit, menendang, mendorong, meludah, merampas atau merusak barang milik orang lain;
dan
(4) Cyberbullying, didefinisikan sebagai setiap tindakan yang memanfaatkan teknologi
komunikasi dan informasi untuk mendorong sikap permusuhan yang disengaja dan/atau terus
menerus oleh individu atau kelompok dengan maksud untuk merugikan orang lain (Masdin,
2013). (Jurnal,Bullying di Pesantren: Jenis, Bentuk, Faktor, dan Upaya
Pencegahannya
Emilda1*)
Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Bullying di Lingkungan Pesantren
1. Senioritas
Pelaku bullying pada umumnya merasa bahwa dirinya memilki kekuatan
fisik yang lebih hebat dibandingkan dengan korban, lebih senior, pernah menjadi sebagai korban
atau menjadi saksi bullying, pola asuh keluarga sehingga memicu terjadinya bullying serta kurang
kedekatan antara orang tua dan anak. Bullying sering terjadi karena rasa "mendominasi" atas junior, dan juga berasal dari keisengan senior pada junior.
2. Akhlak dan moral
Pendidikan di Pesantren ditanamkan akhlak yang mulia dan terpuji serta dirancang untuk
mencontoh Rasulullah SAW. walau sebenarnya pendidikan adab, akhlak dan moral pondasinya dari rumah yaitu orang tua.
Tapi kenyataannya pondasi anak-anak pesantren adab, akhlak dan moral masih banyak yang begitu rapuh sehinga rentan terjadi kenakalan dan terjadi pelanggaran ringan maupun berat di pondok pesantren.
Retno, seorang Komisioner Badan Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis
bahwa dari 2017-2019 cukup tinggi kekerasan yang terjadi di pondok pesantren, walau tidak
semuanya dilaporkan ke KPAI.
Santri berasal dari berbagai wilayah Indonesia, dengan budaya
dan adat yang tidak sama. Sehingga para santri yang tidak mempunyai kemampuan sosialisasi
yang baik atau perlu beradaptasi beberapa waktu tidak hanya sehari bisa jadi membuthkan waktu berbulan-bulan, akan kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungan yang baru.
4. Banyaknya aturan–aturan yang ditetapkan di pesantren, dianggap kaku dan kurang
efektif mengatur perilaku negatif para santri. Meski aturan tersebut dimaksudkan untuk
meningkatkan kedisiplinan dan kebaikan santri, namun hal ini malah dianggap sebagai pengekangan.
5. Perbuatan bullying sering diulang-ulang tanpa adanya perlakuan atau
penanganan khusus dari pesantren, karena pengawasan dan pembinaan yang kurang intensif
terhadap santri yang terlibat bullying, terkesan cenderung membiarkan bullying terjadi di
lingkungan pesantren (ernawati, 2018). Desiree (2012) mengungkapkan bahwa penerapan
hukuman oleh guru bersifat tidak membangun, tidak menumbuhkan rasa hormat dan rasa
menghargai di antara rekan-rekan, sehingga mengarah pada intimidasi atau bullying yang
berkelanjutan.
6. Santri di pondok pesantren biasanya berdasarkan kehendak orang tuanya.
bukan kemauan dan kesadarannya sendiri. Selain mendapat ilmu
pendidikan Islam yang mendalam, karena Pesantren dipandang sebagai lingkungan yang cocok
untuk mengontrol perilaku, akhlak dan moral anak-anak mereka.
7. Pengendalian diri yang masih kurang
Santri yang mempunyai kontrol diri yang rendah lebih dominan
impulsif, senang berisiko, dan picik.Santri yang belum bisa mengendalikan diri, ada PR di dalam dirinya belum selesai di rumah, apakah tangki cintanya dari orang tua kurang? atau?
8. Pola asuh
Pola asuh adalah salah satu faktor
penyebab bullying di lingkungan pesantren, karena pembentukan sikap dan tingkah laku anak
sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Interaksi yang terjadi dalam pengasuhan
membentuk watak dan kepribadian anak. Adanya hubungan baik dengan anggota keluarga
lainnya juga mempengaruhi pembentukan konsep diri dan cara berpikir anak. Hubungan
keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan kerentanan pendidikan anak, dan orang tua
sering bertengkar di depan anak-anaknya, sangat mempengaruhi cara berpikir anak-anaknya
(Rida Nurhayanti, Dwi Novotasari, 2002).
9. “Warisan ideologis” para mantan alumni, dan hal
ini seolah sudah menjadi budaya di lingkungan Pesantren.
10. Pengaruh negatif dari teman-teman
pengaruh negatif dari teman-teman dengan cara menyebarkan ide atau anggapan bahwa
bullying adalah suatu hal yang lumrah atau biasa dilakukan (Djuwita dkk, 2005).
11. Bercanda melewati batas,
sehingga sampai melanggar norma-norma, yang
akan bisa menyebabkan timbulnya dengki, hasud dan lain sebagainya. Dalam konteks Islam
canda gurau sebenarnya tidak dilarang, dan harus diperhatikan adabnya, di antaranya yaitu
bercanda harus jelas tujuanya misalnya untuk menghilangkan kepenatan dan kejenuhan.
Kemudian, jangan bercanda pada orang yang tidak mau diajak bercanda, selanjutnya hindari
perkara yang Allah larang seperti, meremehkan dan melecehkan orang lain, berdusta,
menggunakan dengan kata-kata yang kasar sehingga menyakiti hati orang lain (Aisyah, 2007).
Secara umum, faktor penyebab terjadinya bullying di pesantren
disebabkan oleh faktor dari dalam (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam
(internal) diantaranya yaitu faktor kepribadian, keluarga dan pola asuhnya. Sedangkan faktor
dari luar (eksternal) yaitu faktor lingkungan serta budaya yang ada di pesantren tersebut.
Referensi :
- Jurnal,Bullying di Pesantren: Jenis, Bentuk, Faktor, dan Upaya Pencegahannya Emilda1
- Jurnal Eksplorasi Pelaku Bullying Di Pesantren Arifa Retnowuni1, Athi’ Linda Yani2 1,2 Fakultas Ilmu Kesehatan, Unipdu Jombang
Comments
Post a Comment
Terimakasih sudah berkunjung
Selamat Membaca dan Semoga bermanfaat